TEMPO.CO , Jakarta - Operator seluler XL optimistis bisnis layanan koneksi antarmesin atau machine to machine (M2M) akan semakin diminati oleh konsumen korporat di Indonesia. Namun, agar bisa diterima secara luas, pengadopsian layanan ini diperkirakan membutuhkan waktu tiga tahun.
Arkav Juliandri, GM Cloud & M2M Technology Digital Services XL, mengatakan, Indonesia adalah salah satu pasar yang sangat potensial untuk bisnis M2M, meskipun saat ini penggunaannya masih terbatas. Saat ini, kata dia, layanan M2M belum terlalu populer karena harga perangkatnya yang masih mahal.
"Survei yang dilakukan XL, harga perangkat yang diterima masyarakat Indonesia berkisar Rp 299 ribu sampai Rp 499 ribu. Sedangkan supplier tidak membanjiri pasar Indonesia, sehingga kami masih mencari perangkat yang di kisaran harga itu," kata Arkav saat ditemui usai peluncuran resmi layanan e-M2M, di Kuningan City, Jakarta, Senin, 25 November 2013.
Saat ini rata-rata harga perangkat layanan M2M di kisaran Rp 1 juta. Misalnya, harga perangkat personal tracker pada layanan M2M XL Dekat mencapai Rp 800 ribu. Contoh lain, harga perangkat vehicle tracking menggunakan GPS masih di kisaran Rp 1,3 juta sampai Rp 1,4 juta. "Bagi pelanggan korporat ini masih memberatkan, apalagi untuk retail," ujarnya.
Layanan M2M dari XL ini dikhususkan untuk pelanggan korporat dan jumlah pelanggan yang terkoneksi layanan M2M ini belum terlalu besar. Sejak diluncurkan pada 2012 lalu hingga Oktober 2013, baru ada 442 ribu koneksi M2M XL. Angka tersebut terdiri atas 98 persen pelanggan korporasi dan 2 persen kelompok ritel.
Berikutnya: Strategi untuk Menjaring 1 Juta Koneksi
Subcribe semua relasi yang berhubungan dengan XL Kejar Sejuta Koneksi M2M di 2014 sekarang.
No comments:
Post a Comment