TEMPO.CO , New York --Pejabat berwenang telah mengkonfirmasi kematian ratusan lumba-lumba di sepanjang pantai pesisir timur New York beberapa waktu lalu akibat morbillivirus, sejenis virus mirip campak pada manusia. Virus ini juga pernah menyebabkan lebih dari 700 lumba-lumba mati sekitar tahun 1987 dan 1988.
Virus ini menewaskan 333 lumba-lumba hidung botol di sepanjang pantai dari New York ke Carolina Selatan. Para peneliti menyebut ini sebagai kasus-kasus "terdampar". Wilayah Virginia di Amerika Serikat merupakan tempat paling banyak ditemukan lumba-lumba yang mati dengan total 174 ekor. Virus morbilli menyebabkan penurunan berat badan pada lumba-lumba, juga luka di kulit dan mulut.
Menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) masih banyak temuan kasus yang belum dilaporkan, sehingga mereka percaya kasus kematian lumba-lumba jauh lebih tinggi dari itu. Agak sulit memperkirakan seberapa tinggi tingkat kematian lumba-lumba akibat virus ini karena tidak ada cara pengujian menyeluruh terhadap populasi yang terinfeksi.
Sejumlah ahli patologi veteriner dari empat negara bagian di Amerika Serikat segera mencari tahu penyebab serangan wabah sepanjang musim panas itu. Dalam mendiagnosa virus morbilli, mereka menggunakan kombinasi antara hispatologi (sampel jaringan) dan teknik diagnosa yang menyertakan pengujian pada bagian-bagian yang terinfeksi yaitu otak, paru-paru, dan kelenjar getah bening. Virus morbilli diketahui menginfeksi paru-paru dan otak, menyebabkan pneumonia dan perilaku abnormal, sehingga seringkali berakibat kematian.
Pendataan kematian ini dilakukan sejak 1 Juli lalu, namun peneliti percaya bahwa kasus awal telah terjadi pada awal Februari atau Maret. Sebanyak 33 lumba-lumba yang telah diuji musim panas ini, ada 32 ekor yang terdata positif terinfeksi morbillivirus.
Teri Rowles dari NOAA mengatakan, para ahli khawatir kasus kematian serupa akan terulang kembali. Kebanyakan lumba-lumba itu telah mati dengan sejumlah luka di kulit, mulut, dan sendi, juga paru-paru.
"Di Carolina Selatan kami telah melakukan pengujian pada empat kasus di bagian utara Cape Hatteras dan ternyata positif terinfeksi morbillivirus," kata Teri Rowles, seperti dikutip dari laman CBS News, Selasa Rabu 28 Agustus 2013. Menurutnya, masa penyebaran wabah virus dan usia lumba-lumba turut menjadi salah satu faktor kematian.
"Banyak lumba-lumba berusia kurang dari 26 tahun tidak memiliki kekebalan terhadap virus ini karena saat virus menyebar mereka belum dilahirkan. Karena itu mereka tidak punya antibodi untuk melindunginya dari infeksi morbillivirus," katanya
Beberapa tes di Australia Selatan juga mendapati virus morbilli ini menjadi penyebab kematian sejumlah lumba-lumba di sepanjang pesisir pada April lalu. Sementara belum jelas apa penyebab maraknya wabah itu, tapi para ahli berpiir bahwa beberapa makhluk laut memiliki kekebalan alami terhadap virus morbilli sedangkan yang lainnya tidak. Bila kedua populasi saling bersentuhan, kematian serta penyakit dapat terjadi pada hewan yang lebih lemah.
Dengan mengetahui penyebab kematian ratusan lumba-lumba yang terjadi pada 1987-1988 lalu memungkinkan peneliti lebih cepat mempersempit ruang penyelidikan, meskipun hal ini belum tentu dapat menyelamatkan lumba-lumba dari serangan virus morbilli. Satu-satunya cara adalah dengan mengembangkan antibodi, yang tentunya memerlukan waktu lama.
ROSALINA | CBS NEWS
BeritaTerhangat:
Bom Vihara Ekayana | Mudik Lebaran | Ahok vs Lulung | Capres 2014
Berita Lain:
Film 'Cinta Mati' Hanya Ada Vino dan Astrid Tiar
Pendemo Mulai Datangi Kantor Lurah Susan
Apple Siri 'Berani' Ejek Google Glass
Maribeth Pemilih Mencari Jodoh
Subcribe semua relasi yang berhubungan dengan Morbillivirus Sebabkan Ratusan Lumba-Lumba Mati sekarang.
No comments:
Post a Comment