TEMPO.CO , Jakarta - Kerjasama Bilateral Currency Swap Arrangement (BCSA) antara Bank Indonesia dengan Bank Sentral Korea disebut sebagai upaya menjaga ketahanan perekonomian baik makro ekonomi maupun stabilitas finansial antarnegara.
Hal ini terutama, menurut Direktur Eksekutif Kepala Departemen Internasional Bank Indonesia Aida Budiman, karena Indonesia dinilai sangat tergantung dengan hard currency terutama dolar Amerika Serikat.
"Kami mencoba mengurangi ketergantungan penggunaan dolar Amerika," kata Aida di Gedung Bank Indonesia, Kamis, 6 Maret 2014. Melalui perjanjian ini kedua negara dapat menggunakan mata uang Rupiah maupun Won untuk melakukan transaksi perdagangan antar keduanya.
Kerja sama kedua negara ini juga penting karena Korea merupakan negara nomor lima tujuan ekspor Indonesia dan juga negara nomor enam terbesar dalam aktivitas impor. Dengan adanya kesepakatan ini, akitivitas perdagangan antar kedua negara yang menggunakan Won ataupun Rupiah, permintaan akan dolar AS dapat berkurang.
Aida menjelaskan, kerja sama ini memungkinkan terjadinya peningkatan cadangan devisa Indonesia ke depan. Namun begitu, ia enggan memperkirakan berapa potensi kenaikan nilai cadangan devisa karena aktivitas transaksi dengan mata uang ini belum dilaksanakan.
Ia mengatakan kerjasama seperti ini juga dilakukan Indonesia dengan negara Cina pada 2010 lalu. "Dengan perjanjian seperti ini, kalau Amerika bergejolak, kita gak akan terpengaruh," tuturnya.
MAYA NAWANGWULAN
Berita terpopuler:
Mengapa Bitcoin Rawan untuk Pencucian Uang?
Rame-rame Uang Bitcoin, Begini Cara Kerjanya
Bursa Tutup, Bitcoin Jamin Tidak Ada Uang Hilang
Subcribe semua relasi yang berhubungan dengan Bilateral Swap Kurangi Ketergantungan Dolar AS sekarang.
No comments:
Post a Comment